ILMU PENAGEATHUAN DAN TEKNOLOGI
IPTEK, begitulah kata yang lebih sering kita dengar untuk menyebut ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua kata ini lebih sering digabungkan penggunaannya. Dalam kurun waktu 100 tahun terakhir perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan sangat pesat. Kemunculan teknologi-teknologi terkini tidak terlepas dari para ilmuwan yang meneliti, mengembangkan hingga akhirnya menghasilkan produk yang dapat digunakan banyak orang. Produk-produk, seperti televisi, komputer, handphone, motor, mobil, bahkan pesawat terbang dan lainnya kini bisa leluasa dipergunakan. Hingga saat ini, para ilmuwan tidak pernah berhenti berinovasi untuk menghasilkan produk-produk baru. Sebutan “era teknologi” pantas disematkan pada kehidupan sekarang ini, meskipun di beberapa daerah masih ada yang belum tersentuh atau bisa jadi kultur daerah tersebut yang fobia dengan teknologi. Lalu bagaimana perkembangan IPTEK di Indonesia? Menurut data bulan Juni 2012, Indonesia menempati peringkat 46 dalam kemajuan teknologi. Penilaian pemeringkatan itu, berdasarkan pada tingkat kesiapan teknologi (TKT) yang antara lain meliputi inovasi teknologi dan teknologi siap pakai. Soal daya saing berdasarkan data bulan Maret 2013, Indonesia menempati posisi 50 dari 144 negara yang disurvey Forum Ekonomi Dunia lewat Global Growth Competitiveness Index. Posisi ini jauh di bawah negara tetangga kita, Singapura, yang menempati posisi 2. Indonesia sebenarnya berpeluang besar menjadi negara penghasil produk teknologi, ilmuwan-ilmuwan Indonesia punya potensi yang boleh dikatakan terbaik di dunia. Sebut saja Prof. Dr.Ing. Dr. Sc.h.c. Bacharuddin Jusuf Habibie, yang telah lama dikenal dalam dunia IPTEK. Selain Pak Habibie, tentunya masih banyak lagi ilmuwan Indonesia yang bergelut dalam bidang IPTEK hingga dikenal seantero dunia. Namun sayang, potensi besar ini ‘tidak mendapat tempat yang strategis’ di negaranya sendiri hingga tidak sedikit dari para ilmuwa tersebut yang memilih mengabdi di negara lain untuk mengembangkan ilmu mereka. Namun begitu, kita tidak perlu pesimis. Indonesia tetap dikenal sebagai negara yang memiliki potensi yang luar biasa di segala sisi, ibarat ‘macan yang masih tertidur’ pada suatu saat Indonesia bisa merajai IPTEK dunia. Sebagaimana kita lihat peran-peran pelajar Indonesia mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi yang begitu antusias menimba ilmu dan berkompetisi di bidang IPTEK. Potensi wilayah yang begitu kaya, kelak nantinya bisa dikembangkan dan dikelola mandiri oleh anak-anak bangsa.
Rabu, 14 Januari 2015
Agama dan Masyarakat 1. Fungsi agama 1.1. Fungsi agama dalam masyarakat Agama adalah fenomena hidup manusia. Dorongan untuk bergama, penghayatan terhadap wujud agama serta bentuk pelaksanaanya dalam masyarakat bias berbeda-beda, namun pada hakekatnya sama, yaitu, bahwa semua agama merupakan jawaban terhadap kerinduan manusia yang paling dalam yang mengatasi semua manusia. Pada hakekatnya seluruh manusia ini secara fithriah mempunyai potensi untuk percaya kepada Yang Maha Esa dank arena agama yang mengajarkan tentang konsepsi ketuhanan merupakan bagain yang tak terpisahkan dan kehidupan umat manusia. Agama merupakan factor yang sangat penting dan sangat menentukan bagi kehidupan jutaan manusia. Agama seringkali menjadi motif dalam keputusan-keputusan politik, social ekonomi, serta pernyataan-pernyataan kebudayaan. Agama dapat mempersatukan dari berbagai suku dan bangsa di dunia ini. Agama dapat menjadi tali pengikat persaudaraan yang kekal, yang melampaui batas-batas wilayah atau georafi. Orang-orang beragama lebih dekat satu sama lain karena mereka mengenal seperangkat nilai-nilai dasar sebagai pedoman bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Agama mempunyai 2 dimensi yaitu transcendental (ukhrowi) menyangkut hubungan manusia dengan Tuhannya dan mondial (duniawi) menyangkut hubungan manusia dengan manusia lain dan lingkungan. Menurut DR. Nico Syukur Dister ditinjau dari segi psikologi agama ada 4 macam motivasi kelakuan bergama : 1. Agama sebagai sarana untuk mengatasi frustasi. 2. Agama sebagai sarana untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat. 3. Agama sebagai sarana untuk memuaskan intelak yang ingin tahu. 4. Agama sebagai sarana mengatasi ketakutan. Tinjauan ini bersifat fungsional, sedangkan dibalik itu masih ada motif lain yang lebih dalam yang tidak bisa lepas dari sifat dan kodrat manusia itu sendiri. 1.2. Dimensi komitmen agama Dimensi komitmen agama menurut Roland Robertson : Dimensi keyakinan mengandung perkiraan/harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu. • Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata. • Dimensi pengerahuan, dikaitkan dengan perkiraan. • Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, semua agama mempunyai perkiraan tertentu. • Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan. 2. Pelembagaan agama 2.1. Tiga tipe kaitan agama dengan masyarakat Agama memiliki tiga (3) tipe hubungan dengan masyarakat diantaranya (menurut Elizabeth K. Nottingham) • Masyarakat Pedalaman Di dalam kehidupan masyarakat pedalaman agama masih berdasarkan kepercayaan sehingga mereka mengadakan berbagai upacara ritual karena mereka percaya dengan begitu mereka sudah memiliki agama. • Masyarakat Semi Industri Di dalam masyarakat semi industri sudah lebih maju dari masyarakat pedalaman sehingga di masyarakat semi indutri sudah memegang agama sebagai kepecayaan dan sebagai pedoman dalam melakukan segala hal seperti berdagang • Masyarakat Industri Sekunder (Modern) Di dalam masyarakat industri sekunder sudah banyak muncul teknologi canggih sehingga lebih mudah menolong kegiatan manusia, namun karena sudah banyak teknologi maka agama menjadi di “no duakan” sehingga kurangnya kepercayaan terhadap agama. 2.2. Pelembagaan agama Ada 3 tipe kaitan agama dengan masyarakat, diantaranya : 1. Masyarakat dan nilai-nilai sakral. 2. Masyarakat-masyarakat pra industri yang sedang berkembang. 3. Masyarakat-masyarakat industri sekuler. Pengertian pelembagaan agama itu sendiri ialah apa dan mengapa agama ada, unsur-unsur dan bentuknya serta fungsi struktur agama. Dimensi ini mengidentifikasikan pengaruh-pengaruh kepercayaan di dalam kehidupan sehari-hari. 3. Agama ,konflik dan masyarakat 3.1. Contoh-contoh dan kaitannya tentang konflik yang ada dalam agama dan masyarakat Di Indonesia sendiri konflik agama baik yang bersifat murni maupun yang ditumpangi oleh aspek budaya, politik, ideologi dan kepentingan golongan banyak mewarnai perjalanan sejarah Indonesia. Bahkan diera reformasi dan paska reformasi, agama telah menunjukkan peran dan fungsinya yang nyata. Baik kekuatan yang konstuktif maupun kekuatan yang destruktif. Sesudah gerakan reformasi, suatu keyakinan ketuhanan atau keagamaan banyak dituduh telah menyebabkan konflik kekerasan dinegeri ini. Selama 4 tahun belakangan, ribuan anak bangsa mati tanpa tahu untuk apa. Ribuan manusia terusir dari kampung halamannya, tempat mereka dilahirkan. Ribuan anak-anak lainnya pun menjadi piatu, kehilangan sanak keluarganya dan orang-orang yang dikasih
Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat 1. Perbedaan Kepentingan Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasakan kepuasan dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kepentingan akan menimbilkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Dengan berpegang prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara atau alat dalam memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat pada hakikatnya merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut. Oleh karena individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan kepentingan itu antara lain berupa : 1. kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang 2. kepentingan individu untuk memperoleh harga diri 3. kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama 4. kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi 5. kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain 6. kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya 7. kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri 8. kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri Kenyataan-kenyataan seperti itu menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan melahirkan kondisi disintegrasi atau konflik. Permasalahan utama dalam tinjauan konflik ini adalah adanya jarak yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan pelaksanaan dan hasilnya kenyataan itu disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda antara pemerintah atau penguasa sebagai pemegang kendali ideologi dengan berbagai kelompok kepentingan sebagai sub-sub ideologi. Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung menyebabkan terjadinya konflik tetapi mengenal beberapa fase yaitu: 1. Fase disorganisasi yang terjadi karena kesalahpahaman. 2. Fase disintegrasi yaitu pernyataan tidak setuju. Fase dis-integrasi ini memiliki tahapan (Menurut Walter W. Martin dkk): • Ketidaksepahaman anggota kelompok tentang tujuan yang dicapai. • Norma sosial tidak membantu dalam mencapai tujuan yang disepakati. • Norma yang telah dihayati bertentangan satu sama lain. • Sanksi sudah menjadi lemah • Tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok. 2. Prasangka diskriminasi dan ethosentris Hidup bermasyarakat adalah hidup dengan berhubungan baik antara dihubungkan dengan menghubungkan antara individu-individu maupun antara kelompok dan golongan. Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis dimana setiap anggota satu dan lainnya harus saling memberi dan menerima. Anggota memberi karena ia patut untuk memberi dan anggota penerima karena ia patut untu menerima. Ikatan berupa norma serta nilai-nilai yang telah dibuatnya bersama diantara para anggotanya menjadikan alat pengontrol agar para anggota masyarakat tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu. Rasa solider, toleransi, tenggang rasa, tepa selira sebagai bukti kuatnya ikatan itu. Paa diri setiap anggota terkandugn makna adanya saling ikut merasakan dan saling bertanggungjawab paa setiap sikap tindak baik megnarah kepada yang hang positif maupun negative. Sakit anggota masyarakat satu akan dirasakan oleh anggota lainnya. Tetapi disamping adanya suatu harmonisasi, disisi lain keadaan akan menjadi sebaliknya. Bukan harmonisasi ditemukan, tetapi disharmonisasi. Bukan keadaan organisasi tetapi disorganisasi. Sering kita temui keadaan dimasyarakat para anggotanya pada kondisi tertentu, diwarnai oleh adanya persamaan-persamaan dalam berbagai hal. Tetapi juga didapati perbedaan-perbedaan dan bahkan sering kita temui pertentangan-pertentangan. Sering diharapkan panas sampai petang tetapi kiranya hujan setengah hari, karena sebagus-bagus nya gading akan mengalami keretakan. Itulah sebabnya keadaan masyarakat dan Negara mengalami kegoyahan-kegoyahan yang terkadang keaaan tidak terkendali dan dari situlah terjadinya perpecahan.. Sudah tentu sebabnya, misalnya adanya pertentangan karena perbedaan keinginan. Perbedaan kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping adanya persamaan kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideology tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas. 3. Pertentangan sosial ketegangan dalam masyarakat Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan cirri-ciri dari situasi konflik yaitu : 1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat di dalam konflik. 2. Unti-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan. 3. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut. Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi paa lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepaa lingkungan yang luas yaitu masyarakat. 1. Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistic didalam diri seseorang. 2. Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota kelompok, serta minat mereka. 3. Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai an norma-norma kelompok yang bersangkutan berbeda.Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang aa dalam kebudayaan-kebudayaan lain. Adapun cara-cara pemecahan konflik tersebut adalah : 1. Elimination; yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yagn diungkapkan dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri. 2. Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya. 3. Majority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi. 4. Minority Consent; artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakan untuk melakukan kegiatan bersama. 5. Compromise; artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah 6. Integration; artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak 4. Golongan-golongan yang berbeda dan integrasi social Masyarakat indonesia adalah masyarakat yang majemuk, msyarakat majemuk itu di persatukan oleh sistim nasional negara indonesia.aspek” kemasyarakatann yang mempersatukannya antara lain : 1. Suku bangsa dan kebudayaannya 2. Agama 3. Bahasa 4. Nasion Indonesia Masalah besar yang di hadapi indonesia adalah sulitnya itegrasi antara 1 dengan yang lainnya. masyarakat” yang ada di indonesia mereka tetap hidup berdampingan pada kemajemukannya, berikut adalah beberapa variabel yang dapat menghambat integrasi : 1. Klaim/Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang di anggap sebagai miliknya. 2. Isu asli tidak asli berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga negara indonesia asli dengan keturunan lain. 3. Agama, sentimen agama dapat di gerakkan untuk mempertajam kesukuan. 4. Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang golongan tertentuk. Dalam hal ini masyarakat indonesia seringkali terhambat integrasinya karena variabel variabel yang di sebutkan di atas. masyarakat indonesia pada umumnya masih sulit untuk menerima sesuatu yang baru ataupun yang berbeda dengan yang biasa ia temukan. misalnya saja antar agama masih sering terjadi permusuhan/ sering terjadi perang agama di desa-desa yang berada di pulau jawa. hal tersebut menunjukkan bahwa betapa sulitnya bagi mereka untuk berintegrasi tanpa menyangkut pautkan variabel-variabel yang ada di atas tadi. 5. Integrasi nasional Pada hakekatnya integrasi merupakan upaya politik/ kekuasaan untuk menyatukan semua unsure masyarakat yang majemuk harus tunduk kepada aturan-aturan kebijakan politik yang dibangun dari nilai-nilai kultur yang ada dalam masyarakat majemuk tadi, sehingga terjadi kesepakatan bersama dalam mencapai tujuan tujuan nasional dimasa depan untuk kepentingan bersama. Proses integrasi disebabkan adanya, kebersamaan sejarah, ada ancaman dari luar yang dapat mengganggu keutuhan NKRI, adanya kesepakatan pemimpin, homogenitas social budaya serta agama ,dan adanya saling ketergantungan dalam bidang politik dan ekonomi. Integrasi mempunyai dua dimensi, antara lain: integrasi horizontal dan integrasi vertikal. Dimensi vertical dalam integrasi nasional bertujuan mengintegrasikan persepsi dan prilaku elite dan masa dengan cara menghilangkan, mengurangi perbedaan kesenjangan antara kelompok yang berpengaruh dengan yang dipengaruhi. Sedangkan dimensi horizontal mengintegrasikan antara kelompok-kelompok dalam masyarakat, dengan cara menjembatani perbedaan – perbedaan yang ditimbulkan oleh factor-faktor teritorial/kultur dengan mengurangi kesenjangan yang ditimbulkan oleh factor-faktor tersebut.
Langganan:
Komentar (Atom)


